Monday, August 17, 2009

Terjebak Guci

Khurram, tokoh bodoh dari cerita Persia satu kali sedang duduk santai pada sore hari Sabtu yang hangat. Istrinya tiba-tiba menawarkan diri untuk membuatkan masakan istimewa kesukaannya. Makanan itu berupa roti dengan kacang-kacangan di tengahnya.

Mendengar tawaran menarik itu Khurram melonjak bangun dari duduknya. ''Ah, aku akan membantumu menyiangi kacang,'' katanya. Dia segera berlari ke dapur dan mengambil guci tempat menyimpan kacang. Dia masukkan tangannya tapi tak bisa mengeluarkannya. Tangannya terjepit leher guci yang sempit.

Ia berusaha keras mengeluarkan tangannya dari guci. Semakin keras ia menarik tangannya, makin sakit. Dan bukannya bebas, tangannya masih tetap terjepit. Ia mulai kesakitan dan berteriak memanggil istrinya. Tapi, istrinya pertolongan istrinya tak membantu.

Istrinya berteriak memanggil. Tetangga Khurram berdatangan. Mereka melihat tubuh Khurram basah oleh keringat dingin dan wajahnya memerah menahan sakit.
Salah seorang yang tak pernah dikenal menawarkan diri membantu. ''Kau harus menuruti kata-kataku. Tak boleh membantah sedikitpun.'' Karena merasa putus asa, Khurram yang semula enggan menerima saran orang lain bersedia. ''Asal tanganku bisa bebas dari leher guci ini, apapun kata-katamu akan aku ikuti.''

''Sekarang masukkan tanganmu lebih dalam ke guci.'' Khurram protes karena ia sedang ingin mengeluarkan tangannya dari guci dan bukan mendorongnya makin dalam. Namun, ia ikuti juga perintah pria tak dikenal itu.

''Sekarang buka genggamanmu,'' kata pria itu. ''Bagaimana dengan kacang yang aku ambil,'' kata Khurram.''Pokoknya lepaskan saja.'' Khurram menurut. Pria itu juga menyuruh Khurram mengecilkan genggaman tangan hingga semuanya bisa keluar.
''Sekarang bagaimana aku bisa mengeluarkan kacang,'' kata Khurram. Pria itu membalikkan guci dan keluarlah kacang yang diminta Khurram.
''Ah, hebat sekali. Apakah kau pesulap.'' tid
( )
(0) Komentar
Ada Cara Lain
Seseorang yang sudah mempelajari banyak ilmu metafisik di berbagai perguruan, datang kepada Nasrudin. Untuk menunjukkan ia murid yang baik, maka diungkapkan secara detail tempat-tempat di mana ia belajar, dan apa saja yang sudah ia pelajari.

"Saya harap, Mullah akan menerima saya, atau, paling tidak, menceritakan tentang ide-ide Mullah," katanya, "karena saya sudah begitu banyak menghabiskan waktu dalam mempelajari ilmu ini."

"Aku mengerti maksudmu," kata Nasrudin, "engkau telah mempelajari guru-guru dan ajaran mereka. Tapi mestinya guru-guru dan ajaran-ajaran itulah yang harus mengajarimu. Nah, dari sana, kita baru akan memperoleh sesuatu yang bermanfaat."

Related Posts by Categories



0 comments :

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]