Monday, August 17, 2009

Biar Menjadi Rahasia

Al Hajjaj, panglima Dinasti Umayah, yang terkenal bertangan besi, suatu hari duduk terpisah dari pasukannya. Kebetulan lewat seorang dusun setempat, maka dipanggil dan ditanyanya orang itu. ''Pak, bagaimana pendapatmu tentang Jenderal Al Hajjaj?

''Pendapatku,'' kata si orang dusun itu, ''Al Hajjaj itu benar-benar orang zalim yang sangat kejam.''
''Kalau demikian,'' tukas Al Hajjaj, ''Mengapa tidak kau laporkan saja dia kepada khalifah Abdul Malik.''

''Lapor kepada si laknat itu?'' sergah si orang dusun itu .''Abdul Malik lebih kejam dari Al Hajjaj.''

Ketika pasukan berdatangan menghadap Al Hajjaj, panglima ini pun berkata ''Kalian bawa orang dusun ini.''

Orang dusun itu pun bertanya kepada prajurit yang membawanya. ''Siapa orang itu?'' Ketika dijawab bahwa orang yang dari tadi berbincang dengannya itu adalah Al Hajjaj, buru-buru si orang dusun itu berlari menghampiri jenderal yang sangat ditakuti lawan dan kawan itu. ''Tuan, biarlah pembicaraan kita tadi menjadi rahasia di antara kita saja. Jangan sampai ada yang mengetahuinya.''

Bagaimanapun kerasnya Al Hajjaj, mendengar perkataan orang dusun itu, tak urung tertawa juga dan menyuruh anak buahnya melepaskannya. Canda Nabvi dan tawa Sufi KH Mustofa Bisri ( )
(0) Komentar
Shaikh Mukhtar dan Perampok
Syaikh Mukhtar adalah pemimpin tarekat Qadiriyya di Afrika Utara. Dia tinggal di sebuah pusat zikir (zawiya) di lereng gunung. Satu hari ia memindahkan zawiyanya ke tengah hutan.

Tiga orang perampok yang tinggal di sekitar hutan dan mengenal liku-liku hutan itu berniat merampoknya. Mereka akan mencuri sapi milik shaikh. Mereka memulai pekerjaannya.

Setelah membawa seekor sapi milik shaikh, mereka kelaparan. Dua orang memutuskan kembali untuk meminta makanan sementara yang seorang lagi bersembunyi di hutan dengan sapi curian. Kedua temannya datang mengunjungi shaikh. Betapa terperanjatnya mereka begitu melihat shaikh sudah berdiri di muka pintu menyambut kedatangan mereka.

''Assalamualaikum, silakan masuk,'' kata shaikh. Dengan wajah penuh heran, dua perampok itu duduk menghadapi hidangan yang disiapkan shaikh. ''Silakan istirahat dulu sebelu melanjutkan perjalanan kalian,'' ujar shaikh. Pria berusia menjelang senja itu minta izin kembali ke mushallanya untuk melanjutkan zikirnya yang tertunda.

Kedua kawanan perampok itu berniat lari tanpa minta izin setelah perutnya kenyang. ''Tunggu,'' kata Shaikh. Mereka berbalik kembali dengan wajah penuh tanda tanya. Shaikh menghilang sebentar dan kembali dengan beberapa potong roti. ''Ini untuk kawan kalian yang berada di hutan. Bukankah kalian bertiga,'' kata Shaikh.

Tanpa mengucapkan terima kasih, dua orang itu berlari dengan roti pemberian shaikh. Mereka menceritakan apa yang dijumpainya kepada rekannya yang bersembunyi di hutan. Merasa ada yang janggal, mereka urung membawa lari sapi milik shaikh.

Tiga bulan kemudian, shaikh mengutus salah seorang muridnya kepada komplotan perampok bernama Alhiresh itu. Muridnya berhasil membawa Alhiresh ke hadapan shaikh. '' Bertobatlah kepada Tuhan. Hentikan kegiatan kalian. Itu tidak baik,'' kata Sidi Mukhtar. ''Tak mungkin, dari merampoklah kami hidup,'' kata Alhiresh.

''Kalau begitu, tinggallah di sini. Aku akan menjamin hidup kalian sampai akhir hayat,'' kata shaikh.

''Bagaimana mungkin, aku diampuni. Terlalu banyak orang yang aku bunuh,'' sambung Alhiresh.

''Tuhan maha pemaaf. Mohon ampun dan jangan ulangi perbuatan itu.''
Maka perampok itu kemudian tinggal bersama shaikh hingga akhir hayatnya. Mereka menjadi murid yang paling setia dan tekun berzikir.

Related Posts by Categories



0 comments :

Post a Comment

mohon koreksinya apabila salah (CMIIW), silahkan berkomentar dengan baik, penulis tidak bertanggung jawab atas apa yang anda sampaikan, jadi silahkan anda bertanggung jawab dengan apa yang anda sampaikan, terima kasih telah berkunjung, semoga bermanfaat [ baca disclaimer]