Wednesday, October 30, 2013

Kecerdasan Nonakademik

Oleh Christy Margareth ”Anak Ibu peringkat berapa?” Kalimat itu mungkin kerap didengar ketika Anda berada di sekitar ibu-ibu yang sedang asik bercerita sambil menunggu anak mereka pulang sekolah. Pernah melihat seorang anak menangisan ketika mengambil rapot?Penulis pernah melihat seorang anak menangis karena tidak mendapat ranking (peringkat) di kelas. Mungkin wajar jika seorang anak menangis. Namun yang mengherankan, anak yang berkata, ”Aku pasti dibilang bodoh karena nggak dapat peringkat yang bagus, lima besar misalnya.” Setujukah Anda dengan pernyataan itu? Apa anak dengan peringkat bawah di suatu kelas dapat langsung dianggap bodoh? Sekolah di Indonesia sekarang pada umumnya masih terfokus untuk mengembangkan anak yang cerdas dalam bidang akademik semata. Para siswa secara tidak sadar dipacu untuk berlomba-lomba menghafalkan pelajaran untuk mendapatkan nilai yang baik. Itu tidaklah salah, tetapi pendidikan kita terkesan menyapu rata makna kecerdasan sebagai kemampuan untuk memahami pelajaran dan me ndapatkan nilai yang baik. Lalu bagaimananakah nasib siswa yang tidak memiliki kecerdasan yang lebih di bidang akademik?Tentu mereka akan berkesan tidak cerdas jika hanya menggunakan nilai akademik. Padahal jika diamati definisi kecerdasan menurut Howard Gardner, kecerdasan digambarkan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting. Hal itu berarti kecerdasan bukan hanya dapat dihitung dari nilai akademik semata. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari seberapa tinggi rangking anak di sekolah tetapi bagaimana kemampuan anak dalam berdinamikan secara tepat. Dianggap Bodoh Pernahkah Mendengar nama Mark Zuckerberg? Dia adalah anak yang dianggap bodoh di kelas tetapi sekarang menjadi jutawan muda karena berhasil menciptakan jejaring sosial bernama Facebook. Diawali dengan mencoba mengembangkan minatnya dalam bidang teknologi kemudian dia mengembangkan situs sosial yang sangat diminati saat ini. Pernahkah Anda membayangkan seorang anak yang selalu jadi peringkat terakhir di kelas menjadi dokter ahli syaraf terkenal di Ameriaka? Hal itu terjadi pada seorang bernama Benjamin Solomon Carson. Lalu bagaiman dengan Albert Einstein? Dia adalah ilmuwan pada abad 20 yang terkenal dengan Teori Relativitas yang menerima Nobel. Tahukah Anda bahwa Einstein adalah anak yang dianggab bodoh di sekolah dan termasuk anak yang lambat dalam berbicara. Melihat hal itu, apakah Anda masih yakin bahwa anak dengan ranking rendah di kelas adalah anak yang tidak cerdas?Sebenarnya tidak ada anak yang tidak cerdas, yang ada hanyalah anak yang memiliki letak kecerdasan yang berbeda. Kesamaan dari tokoh-tokoh di tersebut atas bukan pada kehebantannya tetapi pada kemampuan mereka menemukan kecerdasaan yang tersimpan pada diri. Mereka berusaha mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri dan menikmatinya. Penulis tidak mengatakan bahwa kita tidak menimba ilmu secara akademis.Tetapi yang perlu kita sadari, tidak semua anak didik memiliki kecerdasan akademis. Sekolah sebagai salah satu bagian dari mata rantai pendidikan mungkin perlu semakin memahami perbedaan kecerdasan siswanya dan memberikan ruang bagi perkembangan kecerdasan lain. (60) — Christy Margareth Via Dolorosa HB, Penerima Beasiswa Unggulan Ditjen Dikti Kemdikbud Tahun 2013, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Read More...